Edy Basri., S.H. |
Sebaran.Sidrap - Wajah jurnalistik saat ini, berubah drastis. Jurnalistik konvensional perlahan menjelma menjadi jurnalistik modern. Media tengah mengalami disrupsi besar-besaran
Hal itu disampaikan Edy Basri saat menjadi salah salah satu pembicara di acara pelatihan jurnalistik modern yang diselenggarakan oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Sidrap, di VIP Room Lt.2 Hotel Grand Sidny Pangkajene, Sabtu, 13 Agustus 2022.
Menurut jurnalis yang sudah bersertifikasi wartawan utama dari Dewan Pers itu, jurnalisme hari ini, sangat jauh berbeda dengan kemarin, "Sekarang ini kita sudah di era disrupsi, era dimana terjadi perubahan masif yang mengubah sistem dan tatanan bisnis yang baru
Apa artinya? pelaku media, termasuk wartawan dituntut melahirkan inovasi-inovasi dan kreativitas baru
Tempo dulu, sebut Edy Basri, masyarakat menerima sebagian besar berita dan informasi dari koran yang diterbitkan setiap pagi atau sore, atau menunggu program acara berita tertentu di televisi dan radio.
"Itu dulu yah, kalau mau baca berita harus menunggu sampai korannya terbit besoknya, atau menunggu siaran khusus muncul di televisi. Sekarang ini tidak mesti begitu lagi, sebab faktanya, lewat media di internet, publik sudah bisa melihat dan membaca peristiwa yang sedang atau telah berlangsung dengan membuka website, banyak sekali media memberitakan disitu saat itu juga, sisa cari di google, bebas pilih angle-nya juga," kata Edy Basri
Namun demikian, sambungnya, bukan berarti koran akan mati. Sebab, pembaca koran juga pasti memiliki segmen khusus. Pangsa pasarnya jelas.
Nah, kata Edy Basri, perkembangan dunia jurnalistik yang berlangsung sedemikian cepat itu, harus dibarengi dengan kompetensi wartawan atau jurnalis.
"Kalau wartawan tidak bisa beradaptasi dengan situasi yang tengah berkembang itu, pasti dia akan tertinggal, mereka akan tergerus oleh zaman. Tapi ingat, di masa jurnalistik modern saat ini, pegiatnya itu tetap harus ada dasarnya, tanpa tahu dasar-dasar jurnalistik, nonsen wartawan bisa mengusai jurnalistik modern tersebut," katanya.
Menurutnya, dasar-dasar jurnalistik yang wajib dimiliki oleh wartawan meliputi, knowledge atau pengetahuan/wawasan, lalu skill alias keterampilan, lalu yang terpenting, bagaimana penulis itu tahu dan memahami batasan-batasannya, yakni beretika. Ada kode etik yang berlaku disitu (baca pedoman media siber)
Mantan Ketua PWI Sidrap dan Enrekang itu menerangkan lagi bahwa jurnalisme di era website terbuka saat ini, telah mengubah segalanya. "Cara kita mengonsumsi data tidak akan pernah sama, itu pasti," katanya.
Jurnalistik modern masa kini, terang Edy Basri, kerap kali disamakan dengan era digitalisasai. Berita-beritanya dapat dengan cepat di akses melalui website
Pria yang kini juga menggeluti dunia akademisi bidang ilmu hukum itu melanjutkan, untuk bisa bertahan dan bersaing di era digital ini, maka tidak ada jalan lain, wartawan harus menampilkan karya-karya jurnalistik terbaiknya. Beritanya harus selalu presh, unik, penting dan tentu saja selalu ingin dibaca.
"Karya jurnalistik yang saya maksud adalah berita yang dibuat. Jadi, berita yang ditulis itu harus memenuhi standar jurnalistik, beritanya harus memenuhi unsur, bentuk dan strukturnya juga harus jelas," terangnya.
Menurutnya, satu hal yang tidak lagi dimiliki oleh jurnalis saat ini adalah waktu. Mengapa, sebab terkesan saat ini wartawan harus menjadi yang pertama dalam mempublis beritanya di medianya. Terkesan mereka harus cepat. Padahal, kata Edy Basri, tidak begitu teorinya.
Dengan begitu, wartawan yang bersangkutan tidak punya waktu lagi untuk membaca ulang tulisannya, mereka tidak ada kesempatan lagi untuk mengoreksi sendiri beritanya, melainkan ia harus cepat menerbitkan tulisannya.
"Apa yang terjadi kemudian, kerap muncul kesalahan menulis, lupa memasukkan hasil wawancaranya, penempatan substansi yang bukan pada tempatnya dan masalah lain sebagainya. Itu yang harus menjadi perhatian jurnalis di era jurnalistik modern saat ini," pintanya
Hal lain yang diterangkan Edy Basri, yakni mengenai website portal berita. Menurutnya, media siber yang baik adalah media yang friendly, artinya ramah serta mudah di akses, dimana dan kapan saja.
"Hosting yang aksesnya cepat, tentu sangat mendukung. Jangan nanti beritanya mau dibaca, eh medianya malah gak mau kebuka, itu bisa menjadi kendala juga, "langganan" kita bisa pada kabur tuh," ujarnya
Selain itu, media siber juga harus menarik. "Ini juga yang kerap dilupakan banyak media siber. Apa itu,? Berandanya tidak karuan, landscafe situsnya berantakan, belum lagi cenderung dipenuhi iklan dan lain sebagainya yang tentu saja potensi membuat pembaca tidak suka membukanya," paparnya.
Satu lagi, di akhir materinya, Edy Basri menekankan perlunya wartawan mendalami seluk beluk media siber itu sendiri. "Jangan cuma tahu menulis saja, tapi harus paham cara dan fungsinya apa," akunya.
Sekadar diketahui, acara pelatihan jurnalistik modern HIPMI Sidrap yang dihadiri peserta kurang lebih 70 orang dari perwakilan organisasi itu, juga menghadirkan pemateri lain dari perwakilan Polres Sidrap dan Ketua PWI Sidrap-Enrekang terpilih, H Purmadi Muin. (*)