Notification

×

Iklan

Pasang Iklan

Iklan

Pasang Iklan

Bincang-bincang Wakil Rakyat, Sidrap Butuh Inovasi Kreatif, Tak Melulu di Beras dan Telur Ayam

| September 02, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2023-02-26T05:49:39Z
Pasang Iklan

 

H Pathuddin (kiri) dan Sudarmin (Kanan).

Sebaran, Sidrap - Produksi padi Sidrap sejak puluhan tahun silam, tak perlu diragukan lagi.


Daerah yang berjuluk Bumi Nene Mallomo itu, bahkan sudah dikenal secara nasional sebagai sentra beras di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Selain beras, Sidrap juga dikenal sebagai pemasok telur ayam ras terbesar di KTI. 


Hanya saja, kedua sektor pangan ini tak boleh membuat masyarakat berbusung dada. Pasalnya, selain harga yang terus berfluktuatif, biaya produksinya juga tidak kecil. Belum lagi, produksi yang kerap menurun diakibatkan banyak faktor. 


Dalam suatu bincang-bincang lepas dengan dua legislator Sidrap, yakni H. Pathuddin dari Partai Persatuan Pembangunan  (PPP) dan Sudarmin dari Demokrat, Kamis, 1/9, memunculkan ide-ide baru untuk kemajuan daerah.


Menurut Pathuddin yang juga Ketua DPC PPP Sidrap itu, sudah saatnya Sidrap membuat terobosan-terobosan baru dalam mengembangkan potensi-potensi lainnya


"Saya kira Sidrap ini masih punya banyak potensi yang belum dikembangkan. Contoh sederhana, misalnya eceng gondok yang kini memenuhi danau sidenreng," ujarnya


Menurutnya, eceng gondok yang kerap dianggap hama pengganggu oleh nelayan itu, tentu akan bernilai ekonomi yang tinggi oleh masyarakat jika dikelola dengan baik. Cuma memang, butuh kesabaran serta inovasi-inovasi 


Dikatakan, apa yang digagas oleh pengurus IKM Sidrap dan ISA Sidrap dengan memanfaatkan eceng gondok menjadi industri kreatif, sangat bagus untuk menunjang kesejahteraan masyarakat  


"Asal diketahui, eceng gondok itu jika diolah dengan baik, bisa menjadi produk kerajinan yang diincar banyak orang, terutama pelancong. Eceng gondok itu, bisa disulap jadi sandal, anyaman tas, tempat tissu dan lainnya," kata Pathuddin 


Disampaikan, instansi terkait pemerintah daerah, pernah mencoba menggli potensi eceng gondok di Sidrap itu, sayangnya, kata Pathuddin, masih terkesan setengah hati. Sebab, setelah pelatihan, tidak ada lagi tindak lanjutnya


Padahal, ujar Pathuddin, sejatinya produksi pengrajin di bantu permodalan dan pemasaran seperti tempat tissu, jika produksi masyarakat di beli oleh pemerintah dan kantor swasta untuk di taruh di setiap ruang kantor sebagai pengganti tempat tissu yang di beli di toko maka hasil keterampilan masyarakat pesisir itu terserap ke pasar dan pasti menambah semangat produktivitas mereka karena income meningkat


Menurut politisi PPP itu, masih banyak inovasi-inovasi lain yang bisa dilakukan dalam menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Termasuk menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi (PT) dalam rangka pengembangan sektor-sektor lainnya


Di sektor perkebunan, sambungnya,  juga masih perlu dikembankan. Menurutnya, di Sidrap ini masih banyak lahan berstatus Hak Guna Usaha (HGU) yang kontraknya sudah berakhir, atau tidak memberi konstribusi, baik ke pemerintah maupun ke masyarakat


"Nah, menurut saya, itu perlu disikapi. Kan ada untungnya kalau dikasi anak muda yang terhimpun di organisasi kepemudaan (OKP) atau paling tidak dikelola ke perusda untuk bercocok tanam jagung misalnya, itu lebih riil dan nyata manfaat dan pemanfaatannya," akunya


Dewasa ini, sambungnya, kebutuhan jagung oleh peternak sapi dan ayam di Sidrap, tergolong besar, "Ironi, tidakkah kita memiliki banyak hamparan untuk bisa ditanami jagung. Disamping masyarakat punya pekerjaaan baru, kebutuhan jagung peternak juga bisa dipenuhi," katanya


Selama ini, kta Pathuddin, jagung untuk peternak kebanyakan di datangkan dari luar daerah. 


"Jujur, saya sulut dan hormat dengan terobosan yang dilakukan pak Syahruddin Alrif dengan gerakan tanaman porang di lahan tandus - gersang, kini jadi lahan hijau produktif," ujarnnya


Hal senada, diutarakan juga legislator Partai Demokrat Sidrap, Sudarmin.


Menurut anggota DPRD Sidrap Tiga Periode itu, Sukun atau di kalangan masyarakat Sidrap dikenal dengan nama baka, juga bisa dikembangkan menjadi salah satu produk kuliner 


"Asal tahu saja, masyarakt eropa itu menjadikn baka ini sebagai makanan pavorit di negaranya. Baka itu kalau sudah dimasak atau digoreng, hasilnya empuk mirip roti, warga di eropa sangat menyukainya," kata Sudarmin


Menurutnya, tanaman Baka sangat cocok untuk dikembangkan juga di Sidrap. 


Menurut Sudarmin Baba, pengelolaan buah sukun itu, tentu sejalan dengan program pemerintah pusat yang selama ini terus didengung-dengungkan oleh Presiden, Jokowi.  


Kesimpulannya, kata Sudarmin, ada tiga hal yang harus diemplementasikan, termasuk Pemkab Sidrap 


"Apa itu, pertama, pangan cukup untuk masyarakat, kedua, menurunkan angka kemiskinan, ketiga, menyejahterakan masyarakat," dambanya


Untuk mencapai harapan itu, sebutnya, perlu dilakukan gotong royong atau Assimaturuseng yang mana diawali melalui Tudang Sipulung," katanya


Nah, pada gilirannya, pada acara tudang sipulung diperluas itu nantinya, akan dibahas inovasi program seperti; optimalisasi lahan, penambahan luas tanam, perbaikan infrastruktur dan penyedian bantuan sarana usaha tani, serta penataan sumber daya manusia.


Peningkatan produksi pertanian  kata Baba, juga harus dibarengi dengan peningkatan komersialisasi hasil pertanian seperti yang telah di lakukan pemerintah Surabaya, Jawa Timur telah mengeskpor buah sukun ke Amerika Serikat sebesar 124,8 ton. Sukun Beku dengan nilai Rp 2,75 M.


Sekedar diketahui pula, Sukun multi guna, kata dia, juga bernilai ekonomis, ekologis, bergizi tinggi bermamfaat bagi kesehatan seperti Menurunkan resiko jantung, mencegah kanker, rematik, menekan kadar gula.  


Hal ini di duga berasal dari kandungan antioksidan pada buah Sukun yang dapat memerangi kolestrol jahat dalam darah. Buah Sukun juga dapat mencegah penyumbatan di pembuluh darah.


Sukun juga termasuk kelompok sayuran dan kelompok Mumbai atau mulberry, hingga tak heran jika Sukun banyak dibuat Sayur, Kripik, gorengan dan Kolak. 


Karena kandungan Gizi dan Karbohidrat yang tinggi Sukun juga dibuat tepung sebagai diversifikasi pangan,  makanan pengganti beras.


Bahkan tak hanya buah yang bernilai ekonomis tinggi. Daun Sukun sukun pun turut mendonkrat pendapatan masyarakat seperti yang dilakukan Tim pengabdian masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS), menggandeng Gapoktan Mekar Makmur, Kelurahan Kropyah Semarang, membuat Teh Daun Sukun sebagai Obat alternatif penyembuh Batu Ginjal.


Baik Pathuddin maupun Sudarmin Baba, berkomitmen akan mendorong masyarakat Sidrap untuk kembangkan tanaman buah yang bisa berbuah 100 hingga 250 buah perpohon dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 perbuah. 


Jadi, jika setiap Kepala Keluarga (KK) punya tanaman sukun 5 pohon saja, maka akan memberi inilai ekonomis pertahun cukup Signifikan ujar kedua legislator ini, sembari katakan untuk memulainya akan merogoh kocek pribadinya dulu untuk pengadaan bibitnya.


***

Pasang Iklan

×
Berita Terbaru Update