Notification

×

Iklan

Pasang Iklan

Iklan

Pasang Iklan

Pinhome dan Nafas Indonesia Luncurkan Hasil Riset Kualitas Udara Beberapa Wilayah di Jabodetabek

| September 15, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2023-02-26T05:49:22Z
Pasang Iklan

 

Ilustrasi

Sebaran, Jakarta – Pinhome bersama Nafas Indonesia menggelar acara peluncuran market report sekaligus webinar Property Academy bertajuk, “Beda lokasi hunian, beda kualitas udaranya. Kok bisa?” pada Rabu (14/09) secara daring melalui platform Zoom.

 

Dilansir pada saat peluncuran market report, Head of Agent Account Management Pinhome Panca Satriamenegaskan bahwasannya, "Harapannya dengan kolaborasi ini masyarakat dapat lebih mengetahui salah satu faktor yang memengaruhi pemilihan hunian yang penting yaitu kualitas udara. Market report ini disusun supaya Pinhome dapat memberikan pengetahuan mendalam terkait lokasi hunian yang sehat, terutama berdasarkan kualitas udara lingkungannya."

 

Memahami dampak kualitas udara terhadap kehidupan sehari-hari menjadi hal yang sangat penting. Terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, di mana setiap harinya masyarakat terpapar oleh polusi udara tanpa mereka sadari. Ketidaksadaran tersebut salah satunya disebabkan oleh minimnya data yang dapat memberikan informasi terkait memberikan informasi yang dapat diakses secara update mengenai kualitas udara yang dihirup sehari-hari. 

 

Berangkat dari hal tersebut, Nafas dan Pinhome bekerjasama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk penghidupan yang lebih baik dengan memperhatikan kualitas udara di sekitar tempat tinggal. Hal ini juga dilakukan guna memberikan edukasi mengenai polusi udara, khususnya polusi PM2.5.

 

Ilustrasi


PM2.5 sendiri merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. PM2.5 adalah gabungan partikel padat yang berada di udara yang berukuran 2.5 mikron yang Dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor, asap pabrik, rokok, dan pembakaran sampah. Selain itu, PM2.5 berukuran 1/100 ukuran helai rambut dan tidak bisa disaring oleh tubuh manusia.

 

Polusi PM2.5 berbahaya bagi tubuh manusia karena badan manusia tidak mampu memfilter polutan ini di mana dapat terperangkap di paru-paru. Bahkan, PM2.5 dapat masuk ke pembuluh darah dan tersalurkan ke seluruh tubuh. Menurut data dari KLHK 2013, Dr. Budi Haryanto dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, sebesar 60 persen pasien rumah sakit di Jakarta menderita penyakit yang terkait dengan polusi udara.

 

Polusi PM2.5 dapat menimbulkan beragam masalah kesehatan seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, perkembangan janin, asma, perkembangan paru-paru lambat, masalah perkembangan, batuk dan sesak napas, penyakit jantung koroner, stroke, kanker paru-paru, bronkitis kronis, diabetes, dementia, serangan jantung, gagal jantung, paru-paru lemah. Sementara data WHO menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh orang menghirup udara yang penuh dengan polutan. Polusi udara terbukti dapat menghambat pertumbuhan otak dan menurunkan tingkat IQ anak.

 

Menurut Databoks, Jabodetabek masuk dalam urutan kedua sebagai wilayah urban dengan populasi terbesar yang mencapai 34,5 juta jiwa. Populasi yang tinggi ini lantaran area Jabodetabek menawarkan banyak fasilitas lengkap dan kesempatan karier yang terbuka luas, sehingga menjadi magnet bagi para pendatang.

 

Di saat yang bersamaan, kualitas udara di Jakarta akhir-akhir ini cukup rendah. Air Pollution Index milik WHO menyatakan polusi PM2.5 di Jakarta mencapai 39 µg/m³. Nilai ini sangat tinggi dibandingkan standar yang digunakan oleh WHO tahun 2021 senilai 5 µg/m³. 

 

Dilihat dari perspektif sosiologi, pertambahan populasi berdampak pada meningkatnya polusi udara di sebuah daerah. Di saat yang bersamaan jika dilihat dari perspektif kesehatan masyarakat, terdapat banyak faktor yang meningkatkan jumlah polusi udara.



5 Area Jabodetabek dan Kualitas Udaranya

 

Tidak dapat dipungkiri bahwa level kualitas udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi cukup bervariasi akhir-akhir ini. Ada kalanya indikator polusi udara di wilayah tersebut cukup tinggi. Walau begitu, kualitas udara di waktu tertentu terkadang bisa lebih bagus. Bahkan, ada potensi kondisi udara bisa membaik meski di saat terburuk. 

 

Menurut data riset hasil kolaborasi Pinhome dengan Nafas, terdapat sedikitnya lima wilayah di Jabodetabek yang menjadi referensi untuk mengukur tren kualitas udara. Kelima wilayah tersebut antara lain Depok Beji, Pondok Indah, Bogor Barat, Bekasi - Tambun Selatan, dan Dharmawangsa. Hasil ini diukur berdasarkan kualitas udara pada aplikasi Nafas. Pemaparan lengkap dari hasil riset dan laporan mengenai wilayah lainnya dapat diunduh melalui tautan berikut: https://www.pinhome.id/blog/kualitas-udara/ 

 

Paparan polusi udara memang tidak bisa dihindari. Namun, sebenarnya masyarakat bisa mengantisipasi udara tidak sehat dan meningkatkan kualitas udara di sekitar rumah melalui beberapa cara berikut:

·       Menutup jendela atau ventilasi natural ketika kondisi udara memburuk

·       Tetap berolahraga di dalam ruangan dan mengatur waktu olahraga di luar ruangan

·       Memakai masker saat berada di luar rumah

·       Menggunakan air purifier untuk membersihkan udara di ruangan

·       Membatasi benda beraroma, seperti lilin aromaterapi dan penyegar udara

 

Panca mengatakan untuk memilih hunian dengan kualitas yang baik, alangkah lebih baik untuk mengecek rencana pembangunanya terlebih dulu.

 

“Kita dapat mempertimbangkan kualitas udara sebagai faktor penting dalam mencari hunian. Pertama, kita bisa melihat rencana pembangunan. Rata-rata project properti primary adalah project inden yang biasanya (membutuhkan waktu) 12 atau 24 bulan, nah sambil kita lihat apakah di dalam proses pembangunan properti tersebut memperhatikan kualitas udaranya dan tidak dekat dengan kawasan industri. Hal-hal semacam ini bisa kita perhatikan,” terang Panca.

 

“Lalu jarak lokasi. (Apakah) bangunan-bangunan (perumahan) itu bisa mendatangkan kerumunan dan menyebabkan kemacetan. Tapi hal ini (sebenarnya) diperlukan juga, karena di suatu hunian kita tidak mau dong hunian kita ada di kawasan yang sepi? Karena kepadatan penduduk belum tentu menjadi faktor polusi udara yang tidak baik,” tutup Panca.

 

Sementara itu, CGO-CoFounder Nafas Indonesia Piotr Jakubowski memaparkan saat ini dirinya tengah berfokus dalam mengembangkan fitur wawasan kualitas udara di luar ruangan. Fitur tersebut telah tersedia di aplikasi Nafas lewat “Nafas Insights”.

 

“Melalui Nafas Insights, sekarang Anda bisa melihat rangkuman informasi kualitas udara di daerah tempat tinggal Anda setiap minggu. Terdapat insight mingguan di mana pengguna akan mendapatkan rangkuman tingkat polusi PM2.5 selama seminggu terakhir,” kata Piotr.

 

Anda juga bisa melihat perbandingan antara kualitas udara di daerah Anda dengan rekomendasi paparan tahunan PM2.5 oleh WHO. Selain itu, juga ada perbandingan kualitas udara minggu ini dengan minggu lalu,” tambahnya.

Pasang Iklan

Pasang Iklan

×
Berita Terbaru Update