Webinar yang digelar secara hybrid ini menghadirkan Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM, Prof Dr Phil Hermin Indah Wahyuni., S.IP.,M.Si. |
Sebaran, Makassar - Prodi ilmu komunikasi fakultas sastra UMI menggelar hybrid Workshop terkait strategi menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi high tech. Webinar yang digelar secara hybrid ini menghadirkan Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM, Prof Dr Phil Hermin Indah Wahyuni., S.IP.,M.Si. Hybrid workshop ini dilaksanakan di aula fakultas sastra UMI, Kamis (15/9).
Dalam sambutannya, Dekan fakultas sastra UMI, Dr Rusdiah M.Hum mengaku senang atas terlaksananya kegiatan ini, walaupun dengan persiapan yang minim. Meski begitu Ia berharap hasilnya mampu memberi kontribusi besar dalam pengembangan keilmuan dan pencerahan bagi semua civitas akademika.
Webinar bertema "Adaptasi Komunikasi Menghadapi Revolusi Industri era 5.0" ini digelar sebagai upaya strategis ilmu komunikasi merespon tantangan transformasi sosial saat ini. Sebagaimana dijelaskan kordinator pelaksana kegiatan Abd Majid, S.Sos.,M.Si.
Menurut Abd Majid yang juga Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan fakultas sastra UMI, kegiatan ini diharapkan memberikan wawasan dan pandangan tentang dinamisnya kajian komunikasi sebagai social sains dan humaniora kepada mahasiswa dan civitas akademika fakultas sastra UMI.
"Bagaimana rumusan dan gambaran perkembangan tentang wajah pendidikan ilmu komunikasi dimasa mendatang," ujarnya.
Prof Dr.Phil.Hermin Indah Wahyuni menjelaskan bahwa ilmu komunikasi adalah ilmu yang memiliki keunikan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi termasuk di Era 5.0 justru menjadikan kehadiran ilmu komunikasi bisa terkoneksi dengan ilmu lainnya. Ilmu Komunikasi adalah ilmu yang bebas melebur kesemua disiplin ilmu.
"Justru dengan keunikan ini menjadi tantangan bagi dunia akademik untuk selalu mencari terobosan dan metode baru yang adaptif dengan perkembangan zaman," ujarnya.
Prof Hermin mengingatkan semakin berkembang teknologi harusnya menjadi keresahan bagi kalangan akademik untuk mencari terobosan baru dalam ruang akademik. Jika ada ruang akademik yang tidak memiliki keresahan justru patut dipertanyakan.
Pemberontakan keilmuan melalui riset dan pengkajian menjadi hal yang penting dilakukan para akademisi mencari solusi pemanfaatan teknologi terlebih dalam revolusi industri 5.0 atau era society 5.0. Teknologi harus tetap membawa manfaat bagi manusia.
"Sepertinya ada yang salah dengan sebagian besar orang terhadap kehadiran teknologi. Justru di era sekarang, mereka yang bertingkah bodoh dan seperti orang gila justru yang gampang terkenal dan viral," ungkapnya.
Disinilah letak pentingnya kehadiran ilmu komunikasi untuk memiliki daya reaksi dan responsif yang tinggi dengan perkembangan teknologi informasi.
"Ruang akademik ilmu komunikasi harus mampu membingkai bagaimana humanity yang berbicara dengan rasa dan bahasa dengan sosial sciense sebagai keilmuan yang sifatnya transformatif," ujarnya.
Perlu didorong berbagai penyesuaian yang berhubungan dengan pendidikan dengan melakukan evaluasi dan revisi keilmuan. Kurikulum, sistem, kualitas dosen dan motivasi mahasiswa harus mulai diubah dan diadaptasikan.
Begitu luasnya cakupan keilmuan sekaligus besarnya peminat di bidang ilmu ini jangan sampai membuat lalai orang-orang didalamnya. Terutama soal kiprah dan kontribusinya dalam ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi yang berorientasi pada kemanusiaan.
Ketua prodi Ilmu Komunikasi UMI, Zelfia, S.IP.,MM.,M.Sos.I menambahkan kegiatan ini bukan sekedar webinar atau sekedar diskusi semata tetapi menjadi suplemen energi bagi mahasiswa dan dosen ilmu komunikasi menghadapi gejala perubahan lewat revolusi industri dan komunikasi di era 5.0.
”Program ini digelar bukan hanya sekedar diskusi, melainkan mampu menjadi suplemen untuk menghadapi gejala perubahan tersebut,” imbuh Selfia.
Kegiatan ini tidak saja menarik bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi dan para alumni. Workshop ini juga menarik sejumlah mahasiswa lintas disiplin ilmu yang hadir secara luring dan daring@