Rochmatul Ummah |
Selamat datang era digital, era teknologi sebagai kunci penting dalam memenangkan persaingan dalam bisnis modern
Penulis: Rochmatul Ummah
Mahasiswa Akuntansi
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)
BAHWA saat ini sudah banyak pemain-pemain baru (start-up) yang lebih kompetitif dan lebih inovatif dalam memberikan pelayanan yang memuaskan pada konsumen.
Contoh yang dapat kita ambil yaitu pada waktu lalu,para pelaku jasa transportasi “konvensional” namun dengan adanya perkembangan teknologi sekarang hadir pelaku jasa “transportasi online”.
Tidak lain pada sektor keuangan dan perbankan dengan hadirnya sebuah inovasi keuangan bernama “financial technologyI”atau biasa disebut fintech.
Fintech hadir dengan konsep teknologi yang matang.
Bahkan dengan teknologi yangmereka berikan, dapat meminimumkan biaya operasional yang dibebankan.
Mereka pun tidak membutuhkan sebuah gedung dengan biaya “maintenance” yang tinggi, karena bisnis yang dilakukan benar-benarbisa efisien dan mengurangi biaya. Oleh karena itu, berbisnis di era saat ini perlu lebih efisien dan efektif khususnya dalam menjaga biaya operasional tetep rendah.
Dapat dibayangkan, bagaimana pelayanan yang diberikan oleh fintech dapat dengan sangat mudah diakses oleh konsumen. Sebagai contoh, aplikasi keuangan untuk pinjaman uang dengan fintech hanya perlu dilakukan dalam 10 menit dengan prosedur yang sangat pendek, serta keputusan peminjam yang hanya kurang dari 24 jam.
Era digital dan inovasi memaksa pelaku-pelaku bisnis untuk terus berevolusi dengan inovasi-inovasi yang dekat dengan kebutuhan konsumen. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan gaya hudup masyarakat yang demikian pesat memang harus segera diantisipasi sektor jasa keuangan termasuk industri perbankan nasional.
Oleh karena itu industri perbankan segera menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, apabila enggan tergeser oleh fintech dan tergusur oleh aksi-aksi kejahatan teknologi.
Digitalisasi dalam perbankan sebenarnya bukan lagi hal baru di Indonesia. Telah kita ketahui beberapa bank di Indonesia sudah memberikan layanan digital,seperti mobile banking. Namun, layanan digital seperti demekian terlihat masih belum memenuhi kriteria perbankan digital yang belakangan ini sedang tren.
Transformasi dari bank konvensional menjadi bank digital membutuhkan perombakan menyeluruh pada system perbankan inti, yaitu mencakup perombaka dari sistem waterfall?bertahap ke agile/iterative,dari sistem sentralisasi ke desentralisasi micro services, dan sebagainya.
Demikian juga dengan kemunginan penutupan cabang-cabang yang tidak lagi diperlukan oleh sistem perbankan digital.
Perbankan digital digadang-gadang akan memberikan efisiensi luar biasa, yang apabila dioperasikan secara optimal dapat menurunkan rasio beban atas pendapatan dari kisaran 40-45% untuk perbankan Indonesia saat ini menjadi 25-30%. E
Efisiensi operasi timbul dari penggunaan infrastruktur digital dan virtual, dibandingkan infrastruktur fisik yang memerlukan kantor-kantor cabang dan karyawan-karyawan lini depan.
Bahkan, dilihat dari sudut versi canggihnya, perbankan digital mampu melakukan analisa kredit secara Artificial Intellegence pada big data, yang disebut-sebut dapat menghasilkan skoring kredit yang lebih akurat dan non-bias; menggantikan analisa kredit manual saat ini yang mengandalkan analis-analis kredit dan surveyor.
Nasabah pun merasakan fasilitasnya, dengan ditawari kemudahan bertransaksi perbankan hanya melalui aplikasi, hingga bunga simpanan menggiurkan yang mencapai dua kali lipat bunga simpanan bank konvensional.
Kurang lebih ada tiga tren yang daoat diantisipasi untuk transformasi industri perbankan, atas maraknya konversi bank-bank kecil dan menengah menjadi bank digital:
Industri akan semakin efisiensi karena sejumlah besar bank akan bertransformasi menjadi bank digital,yang berarti rerata rasio cost-to-income industri perbankan akan melandai
Akselerasi konsolidasi industri. Dikarenakan bank-bank besar cenderung tidak merombak system perbankan inti mereka, mereka dapat mengakui bank yang lebih kecil dan menjadikan bank tersebut anak usaha bank digital.
Pasar dapat menjadi lebih oligopolistik, yang akan didominasi oleh bank-bank skala besar ataupun bank digital yang memiliki keunggulan teknologi. Selebihnya, bank-bank yang tersisa dapat semakin sulit bersaing. Hal ini perlu diwaspadai untuk mencegah potensi kegagalan bank-bank tersebut.
Tren bank digital tidak dapat dihindarkan, karena tuntutan jaman dan kebutuhan nasabah yang sudah berevolusi.
Bank-bank lebih baik memikirkan ulang peran dan posisi mereka dalam pasar untuk jangka panjang, entah ikut bertransformasi menjadi bank digital, atau mematangkan konsep hibird konvensional layanan digital, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif di kondisi pasar yang sedang berubah ini.
Apabila diputuskan untuk bertransformasi,bank tersebut perlu memastikan kesinambungan dukungan infrastuktur, bank tersebut perlu memastikan kesinambungan dukungan infrastruktur, modal, dan keterampilan. Jika ada keraguan, bank-bank skala kecil menengah lebih baik mempertimbangkan opsi untuk meleburkan diri dengan bank-bank yang lebih besar.
Produk bank digital haruslah transparan kepada masyarakat. Efisiensi biaya operasi bukanlah alasan atas tidak memadainya layanan nasabah. Bank digital juga harus mencari titik timbang antara keamanan digital dan kenyamanan nasabah. Jangan sampai hal yang satu mengorbankan yang lain secara tidak proporsional.
Sumber:
https://feb.ub.ac.id/id/fintech-dan-ancaman-baru-dalam-sistem-perbankan.html
https://m.bisnis.com/amp/read/20211006/90/1451048/opini-strategi-memperkuat-perbankan-di-era-digital
https://www.cnbcindonesia.com/opini/20211005112723-14-281508/perbankan-digital-yay-atau-nay