Notification

×

Iklan

Pasang Iklan

Iklan

Pasang Iklan

Pemkot Parepare Apresiasi Seminar Kebudayaan “Maddoja Bine” Padukan Pelestarian Budaya

| Mei 26, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-21T06:57:22Z
Pasang Iklan



Pj Wali Kota Parepare Akbar Ali melalui Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Makmur mengapresiasi tinggi pelaksanaan Seminar Kebudayaan yang gelar Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Makassar.

Seminar tersebut merupakan rangkaian kegiatan Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2024 ini mengusung tema memadukan antara pelestarian budaya dan ketahanan pangan.

Apresiasi diungkap Makmur saat mewakili Pj Wali Kota membuka seminar yang berlangsung di Balai Ainun Habibie, Parepare, Senin (27/5/2024).

Dalam sambutannya, Makmur mengemukakan, Seminar Kebudayaan bertema “Dengan Maddoja Bine Membangun Penguatan Tradisi Budaya dan Ketahanan Pangan” ini sangat penting diangkat untuk mengulas pelestarian seni budaya di kalangan masyarakat.

“Kemajuan kebudayaan dari berbagai macam budaya yang ada di daerah merupakan kekayaan daerah sekaligus kekayaan bangsa yang memang mempunyai nilai tinggi,” kata Ketua PGRI Parepare ini.

Makmur menekankan, Parepare kaya akan seni dan budaya. Menjadi tanggung jawab bagi pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya di kota ini.

“Saya menganggap bahwa kewajiban kita bersama untuk menjaga, memberdayakan, membina, melestarikan, dan mengembangkan seni budaya sehingga dapat berperan dalam upaya menciptakan masyarakat yang memiliki jati diri, berakhlak mulia dan nilai-nilai luhur seni dan budaya,” katanya.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana Program Tri Astoto K mengungkapkan, Seminar Kebudayaan “Maddoja Bine” ini menjadi sangat relevan sebagai bahan renungan dalam merevitalisasi kebudayaan untuk kedaulatan pangan di daerah ini.

Tokoh budaya sekaligus sastrawan nasional ini mengulas bahwa perubahan paradigma ekonomi dan politik yang berpusat pada kelestarian bumi adalah satu-satunya jalan agar bencana iklim tidak terjadi.

Dia memaparkan, praktik monopoli terhadap tanah, benih, pangan dan hasil rekayasa genetik akan berdampak bagi kemakmuran masyarakat.

“Sebenarnya leluhur kita sudah mengajarkan dari dulu melalui prosesi Maddoja Bine untuk belajar menghargai butir-butir padi, alam, lingkungan dan tradisi masyarakat,” jelasnya.

“Agar tak terjadi bencana alam dan bencana kemanusiaan, yaitu kelaparan. Jadi mari kita bersama menjaga dan melestarikan budaya untuk kekuatan bangsa,” tegas dia.

Tri Astoto juga mengungkapkan, seminar semakin bermakna karena para narasumber adalah orang-orang berkompeten dan peduli kebudayaan.

Pasang Iklan

Pasang Iklan

Pasang Iklan

Pasang Iklan
×
Berita Terbaru Update